welcome

WELCOME TO aqibmathic.blogspot.com

Kamis, 05 Juli 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pembangunan dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional diperlukan peran serta aktif dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas baik dari pemerintah, pengelola pendidikan maupun keluarga. Kurang memadainya jumlah gedung sekolah, biaya pendidikan dan tenaga pengajar merupakan masalah pendidikan Indonesia dari segi kuantitas. Upaya pembangunan dibidang pendidikan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan pesat sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Kecanggihan teknologi mengakibatkan aktifitas hidup manusia dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan praktis. Manusia cenderung menyukai segala sesuatu yang serba instant. Hal ini mempengarui manusia untuk selalu berpikir cepat dan praktis dalam segala hal,termasuk dalam pendidikan. Kenyataan sekarang ini banyak siswa yang mementingkan bagaimana mendapatkan nilai bagus dan lulus ujian tanpa mempedulikan apa yang mereka peroleh dari ilmu yang mereka pelajari. Siswa-siswa tersebut lebih percaya kepada lembaga-lembaga bimbingan belajar yang mengajarkan cara-cara cepat dan praktis dalam menyelesaikan soal-soal. Padahal ada kemungkinan konsep dan proses yang diajarkan lembaga bimbingan belajar tersebut tidak benar. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus. Peran guru sangat besar dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran. Tugas guru bukan hanya untuk menyampaikan materi pembelajaran, tetapi hendaknya guru dapat menanamkan konsep-konsep yang benar dari materi pembelajaran tersebut sehingga ilmu yang dipelajari siswa dapat bermanfaat dalam kehidupan siswa, sekarang dan diwaktu yang akan datang. Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan pendidikan matematika pada khususnya, perlu adanya pengembangan dan pengembangan dan pemahaman di bidang pendidikan antara lain terkait dengan model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini terkait dengan pendidikan matematika selama ini tidak berhasil meningkatkan kualitas pemahaman siswa tentang konsep-konsep dan aturan-aturan matematika, karena kita salah atau tidak memilih model pembelajaran.
Anak dari berbagai usia berfikir sesuai dengan tingkat usianya. Matematika adalah subjek ideal yang mampu mengembangkan proses berfikir anak dimulai dari usia dini, usia pendidikan kelas awal (pendidikan dasar), pendidikan menengah, pendidikan lanjutan dan bahkan sampai mereka berada di bangku perkuliahan. Hal ini diberikan untuk mengetahui dan memakai prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari baik itu mengenai perhitungan, pengerjaan soal, pemecahan masalah kehidupan di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
Penyebab siswa sulit menerima matematika adalah kurang memahami apa itu arti matematika dan apa gunanya. Matematika itu untuk memecahkan masalah ataupun membantu kita lebih bisa memahami tata kerja alam yang selalu dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga melatih manusia untuk berpikir terstruktur dan tak perlu takut persoalan rumit tak dapat terpecahkan. Dalam proses belajar mengajar di perlukan suatu keahlian atau keterampilan pengelolaan kelas yang harus di miliki seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran, karena setiap siswa memiliki kemampuan dan taraf berpikir yang berbeda-beda sehingga dengan keterampilan dan keahliannya itu seorang dapat memilih pendekatan dan metode yang tepat agar siswa mampu memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Kemampuan guru yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika adalah kemampuan dalam mengelola materi ajar dan kemampuan dalam memilih pendekatan atau metode, media dan sumber belajar (Depdikbud,1994a:73).
Berdasarkan uraian diatas, maka pada tulisan ini akan ditawarkan suatu metode pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis cooperative tipe STAD pada materi pokok Segi empat.



B.   Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi yang menjadi penghambat siswa dalam memahami konsep segiempat adalah:
1.       Siswa kurang memahami apa itu arti matematika dan apa gunanya dalam kehidupan nyata.
2.      Kebanyakan guru masih melaksanakan metode konvensional yaitu terkait kebiasaan.
3.      Siswa kurang memahami konsep dari materi matematika, khususnya geometri.

C.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diangkat beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.    Bagaimana model pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika?
2.    Bagaiamana strategi  pembelajaran cooperative type STAD?
3.    Bagaimana hubungan materi pokok segiempat dengan model pembelajaran terbuka (open-ended)?
4.    Bagaimana penerapan model pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam pembelajaran matematika?
5.    Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran Matematika?

D.   Tujuan Penulisan
1.      Mendeskripsikan model pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika.
2.      Mendeskripsikan strategi pembelajaran cooperative type STAD.
3.      Mendeskripsikan hubungan materi pokok segiempat dengan model pembelajaran terbuka (open-ended)?
4.      Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam pembelajaran matematika.
5.      Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran Matematika
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Model Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika
Shimada (dalam tim MKPBM, 2001) menjelaskan permasalahan terbuka adalah model  pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki lebih dari satu jawaban atau metode penyelesaian. Permasalahan terbuka dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan / pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik sehingga cara berfikir siswa dapat terlatih dengan baik. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran permasalahan terbuka dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Mengkonstruksi Masalah terbuka
Pada tahap ini pendidik harus mengkonstruksi dan mengembangkan masalah secara matang dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa yang beragam.
2.      Menyajikan permasalahan atau persoalan
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan guru untuk menjadi pegangan dalam menyiapkan persoalan adalah:
a)      Menyampaikan bentu persoalan dengan media yang nyata sehingga konsep-konsep matematika dapat diamati secara langsung oleh siswa.
b)      Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membentuk suatu hubungan.
c)      Memberikan contoh yang konkrit, kemudian dilanjutkan dengan pemberian latihan soal yang serupa.
3.      Pengorganisasian Pembelajaran
Dalam pembelajaran pada tahap ini siswa dituntut untuk benar-benar mampu  berfikir kreatif, karena sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran problem terbuka. Guru dapat menerapkan metode diskusi mengingat model pembelajaran ini memberikan peluang kepada siswa menggunakan segala pengetahuan untuk memberikan pemecahan yang terbaik karena terdapat lebih dari satu jawaban benar.
4.      Mengembangkan rencana pembelajaran
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka oleh perwakilan masing-masing kelompok.
5.      Mengevaluasi Pembelajaran
Pada tahap ini guru memberikan soal latihan yang sesuai dengan konsep yang sudah diuraikan pada tahap-tahap sebelumnya untuk diselesaikan oleh siswa secara individual.
6.      Membuat kesimpulan
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang konsep segiempat pada LKS yang sudah didiskusikan baik secara kelompok maupun diskusi kelas.   

B.   Strategi  Pembelajaran Cooperative Type STAD.
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004:1).
Agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis (Suhito, 2000:12). Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran (Depdiknas, 2003:1). Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajaran.
Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD karena dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat terjadi proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika dengan kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dalam kelompok kecil yang bekerja sama untuk memaksimalkan penguasaan tentang apa yang dipelajari siswa. Dalam pembelajaran kooperatif terjadi proses saling membantu di antara anggota-anggota kelompok.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif (Aryana, 2006) adalah (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajarannya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin, dan agama yang berbeda, (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Tujuan utama pembelajaran kooperatif (Aryana, 2006) yaitu (1) meningkatkan hasil belajar akademik, bahwa strategi ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, karena akan terbentuk sikap menerima adanya perbedaan ras, agama, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan perbedaan-perbedaan lainnya, (3) pengembangan keterampilan sosial, bahwa pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Ada 4 model pembelajaran kooperatif yaitu:
1.      Model Group Investigation (GI)
2.      Model Kooperatif STAD
3.      Model Kooperatif Jigsaw
4.      Model Kooperatif MURDER.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut:
1.      Presentasi kelas, Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya,
2.      Kerja kelompok, Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran,
3.      Tes, Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu,
4.      Peningkatan skor individu, Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok,
5.      Penghargaan kolompok, Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan. Dengan pemilihan metode yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam Cooperative Learning agar para siswa dapat bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi:
1.      Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.
2.      Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok, berhasil tidaknya merupakan tanggung jawab kelompok.
3.      Untuk mencapai hasil yang maksimal, siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Akhirnya para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa menpunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.(Suherman,dkk,2003:260).

C.   Hubungan Materi pokok segiempat dengan model pembelajaran terbuka (open-ended)
Apabila kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai benda-benda yang memiliki keterkaitan dengan materi pokok segiempat. Hal ini dapat membantu guru dalam menyiapkan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuhakan ide, daya analisis, dan kreatifitas siswa sesuai dengan kemampuan berfikirnya yang bertujuan untuk memahami materi pokok segiempat.
Model pembelajaran terbuka merupakan salah satu model pembelajaran inovatif, dimana model ini memberikan peluang kepada siswa untuk mengimprovisasi pengetahuan yang mereka miliki dalam memgenali, menemukan, serta memecahkan permasalahan yang mereka jumpai. Adapun keterkaitan antara model pembelajara open-ended ini dengan materi segiempat yaitu, dengan model ini diharapkan siswa mampu mengkonstrusi pemahaman mengenai segiempat berdasarkan pengetahuan  mereka dengan menggunakan benda-benda didalam kehidupan sehari-hari.


D.   Penerapan Model Pembelajaran Terbuka (Open-Ended) Berbasis Cooperative Tipe Stad Dalam Pembelajaran Matematika
Di dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD ada lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan kelompok (Pradnyo Wijayanti.2002:2). Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur yaitu, sebagai berikut:
1.      Pengajaran.
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Penekanan dalam penyajian materi pelajaran adalah hal-hal sebagai berikut.

a. Pembukaan
                                                            i.  Berikanlah sedikit gambaran kepada siswa tentang materi pokok segiempat. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
                                                          ii.  Guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk “menemukan” konsep atau merangsang keinginan mereka menemukan sifat-sifat pada segi empat
                                                        iii.  Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
b. Pengembangan
                                                            i.   Menjelaskan kepada siswa tentang permasalahan apa yang akan dipecahkan dalam kelompok.
                                                          ii.   Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
                                                        iii.   Beralih pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
c. Latihan Terbimbing
                                                          i.     Menyuruh semua kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan
                                                        ii.     Memanggil siswa secara acak untuk untuk menyampaikan hasil diskusinya . Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu siap mempersiapkan diri sebaik mungkin.
                                                      iii.     Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2.      Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan. Selain itu, guru juga melakukan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada saat kegiatan belajar kelompok berlangsung. Selanjutnya langkah-langkah guru sebagai berikut :
1.      Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.
2.      Berikan waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih nama kelompok. Kelompok manapun yang tidak dapat menyepakati nama kelompok pada saat itu boleh memilih kemudian.
3.      Bagikan lembar kegiatan siswa.
4.      Serahkanlah pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga, atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soalnya sendirian dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapt mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompoknya bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan pertanyaan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya, dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5.      Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompoknya dapat mencapai nilai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi siswa agar mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa bahwa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman-teman sekelompok sebelum bertanya pada guru.
6.      Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja.
3.      Kuis
Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Nilai perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan individu tiap anggota kelompok. Nilai awal diambil dari nilai hasil mid semester tiap anggota kelompok. Perhitungan skor perkembangan (Robert Slavin, 1995:291) didapat melalui kriteria berikut.


Skor Kuis

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 poin sampai dengan poin di bawah skor awal
Skor awal sampai dengan 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Nilai sempurna (tanpa memperhitungkan skor awal)
Poin Perkembangan

0
10
20
30
30


Tiga tingkatan diberikan kepada kelompok yang memperoleh nilai perkembangan yang dihitung dari rata-rata poin perkembangan yang diperoleh tiap anggota kelompok. Kriteria ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut.


Rata-Rata Poin Perkembangan
15-19
20-24
25-30
Penghargaan Tim
Good team
Great team
Super team


4.      Penghargaan Kelompok
Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan penghargaan berupa pujian, skor perkembangan, atau barang yang dapat berbentuk makanan kecil kepada kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.


E.      kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Terbuka (Open-Ended) Berbasis Cooperative Tipe STAD Dalam Pembelajaran Matematika
Seperti metode-metode pembelajaran yang lain, metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Maksudnya, tidak semua materi (terutama dalam mata pelajaran Matematika) bisa menjadi lebih baik bila menggunakan metode ini, akan tetapi harus dipilih dengan teliti oleh guru pengampu, mana yang baik menggunakan metode ini dan mana yang tidak.

Berikut akan dipaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis cooperative tipe STAD  dalam kegiatan pembelajaran Matematika:

1.      Kelebihan

a)      Ssiswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
b)      Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika secara komperehensif.
c)      Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
d)      Siswa secara interinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan
e)      Siswa memiiki pengalaman lebih banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

2.      Kekurangan

a)      Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa tidaklah mudah
b)      Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang memiliki kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan
c)      Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka


















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.      Model pembelajaran permasalahan terbuka (open-ended) adalah model  pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki lebih dari satu jawaban atau metode penyelesaian.
2.      Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dalam kelompok kecil yang bekerja sama untuk memaksimalkan penguasaan tentang apa yang dipelajari siswa.
3.      keterkaitan antara model pembelajaran open-ended ini dengan materi segiempat yaitu siswa mampu mengkonstrusi pemahaman mengenai segiempat berdasarkan pengetahuan  mereka dengan menggunakan benda-benda didalam kehidupan sehari-hari.
4.       Ada lima komponen utama dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan kelompok.
B. Saran
Kepada guru mata pelajaran matematika di SMP, hendaknya mampu menerapkan model pembelajaran terbuka (open-ended) berbasi kooperative tipe STAD minat belajar siswa pada materi pokok segiempat.
Selain itu, Guru juga harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran dan bisa memilih metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Guru mampu menyesuaikan kondisi lingkungan, memanfaatkan sarana yang tersedia dan menganalisa kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.

Tidak ada komentar: