BAB I
A.
Latar Belakang
Pembangunan dibidang pendidikan merupakan
upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional diperlukan peran serta
aktif dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu
mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas baik dari pemerintah, pengelola
pendidikan maupun keluarga. Kurang memadainya jumlah gedung sekolah, biaya
pendidikan dan tenaga pengajar merupakan masalah pendidikan Indonesia dari segi
kuantitas. Upaya pembangunan dibidang pendidikan perlu dilanjutkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin maju dan pesat sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Kecanggihan
teknologi mengakibatkan aktifitas hidup manusia dapat dilakukan dengan mudah,
cepat dan praktis. Manusia cenderung menyukai segala sesuatu yang serba
instant. Hal ini mempengarui manusia untuk selalu berpikir cepat dan praktis
dalam segala hal,termasuk dalam pendidikan. Kenyataan sekarang ini banyak siswa
yang mementingkan bagaimana mendapatkan nilai bagus dan lulus ujian tanpa
mempedulikan apa yang mereka peroleh dari ilmu yang mereka pelajari. Siswa-siswa
tersebut lebih percaya kepada lembaga-lembaga bimbingan belajar yang
mengajarkan cara-cara cepat dan praktis dalam menyelesaikan soal-soal. Padahal
ada kemungkinan konsep dan proses yang diajarkan lembaga bimbingan belajar
tersebut tidak benar. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah memegang
peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus. Peran guru sangat besar
dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran. Tugas guru bukan hanya untuk
menyampaikan materi pembelajaran, tetapi hendaknya guru dapat menanamkan
konsep-konsep yang benar dari materi pembelajaran tersebut sehingga ilmu yang
dipelajari siswa dapat bermanfaat dalam kehidupan siswa, sekarang dan diwaktu
yang akan datang. Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan pendidikan
matematika pada khususnya, perlu adanya pengembangan dan pengembangan dan
pemahaman di bidang pendidikan antara lain terkait dengan model pembelajaran
yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini terkait dengan
pendidikan matematika selama ini tidak berhasil meningkatkan kualitas pemahaman
siswa tentang konsep-konsep dan aturan-aturan matematika, karena kita salah
atau tidak memilih model pembelajaran.
Anak dari
berbagai usia berfikir sesuai dengan tingkat usianya. Matematika adalah subjek ideal
yang mampu mengembangkan proses berfikir anak dimulai dari usia dini, usia
pendidikan kelas awal (pendidikan dasar), pendidikan menengah, pendidikan lanjutan
dan bahkan sampai mereka berada di bangku perkuliahan. Hal ini diberikan untuk
mengetahui dan memakai prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari baik itu
mengenai perhitungan, pengerjaan soal, pemecahan masalah kehidupan di
lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
Penyebab siswa sulit menerima matematika adalah kurang
memahami apa itu arti matematika dan apa gunanya. Matematika itu untuk
memecahkan masalah ataupun membantu kita lebih bisa memahami tata kerja alam
yang selalu dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga melatih
manusia untuk berpikir terstruktur dan tak perlu takut persoalan rumit tak
dapat terpecahkan. Dalam proses belajar mengajar di perlukan suatu keahlian
atau keterampilan pengelolaan kelas yang harus di miliki seorang guru dalam
menyampaikan materi pelajaran, karena setiap siswa memiliki kemampuan dan taraf
berpikir yang berbeda-beda sehingga dengan keterampilan dan keahliannya itu
seorang dapat memilih pendekatan dan metode yang tepat agar siswa mampu
memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Kemampuan guru yang diperlukan
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika adalah kemampuan dalam mengelola
materi ajar dan kemampuan dalam memilih pendekatan atau metode, media dan
sumber belajar (Depdikbud,1994a:73).
Berdasarkan uraian diatas, maka pada tulisan
ini akan ditawarkan suatu metode pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis
cooperative tipe STAD pada materi pokok Segi empat.
B.
Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi yang
menjadi penghambat siswa dalam memahami konsep segiempat adalah:
1. Siswa
kurang memahami apa itu arti matematika dan apa gunanya dalam kehidupan nyata.
2. Kebanyakan guru masih melaksanakan metode
konvensional yaitu terkait kebiasaan.
3. Siswa kurang memahami konsep dari materi
matematika, khususnya geometri.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan diatas, maka dapat diangkat beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana model pendekatan open-ended dalam
pembelajaran matematika?
2. Bagaiamana strategi pembelajaran cooperative type STAD?
3. Bagaimana hubungan materi pokok segiempat
dengan model pembelajaran terbuka (open-ended)?
4. Bagaimana penerapan model pembelajaran terbuka
(open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam pembelajaran matematika?
5. Apa kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam kegiatan
pembelajaran Matematika?
D.
Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan model pendekatan open-ended
dalam pembelajaran matematika.
2. Mendeskripsikan strategi
pembelajaran cooperative type STAD.
3. Mendeskripsikan hubungan materi pokok
segiempat dengan model pembelajaran terbuka (open-ended)?
4. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran terbuka
(open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam pembelajaran matematika.
5. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran terbuka (open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam kegiatan
pembelajaran Matematika
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model Pendekatan Open-Ended
Dalam Pembelajaran Matematika
Shimada (dalam tim MKPBM, 2001) menjelaskan permasalahan terbuka adalah model pembelajaran yang menyajikan suatu
permasalahan yang memiliki lebih dari satu jawaban atau metode penyelesaian.
Permasalahan terbuka dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan / pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah dengan
beberapa teknik sehingga cara berfikir siswa dapat terlatih dengan baik. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran permasalahan terbuka dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Mengkonstruksi Masalah terbuka
Pada tahap ini pendidik harus mengkonstruksi
dan mengembangkan masalah secara matang dan disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa yang beragam.
2.
Menyajikan permasalahan atau persoalan
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan guru
untuk menjadi pegangan dalam menyiapkan persoalan adalah:
a) Menyampaikan bentu persoalan dengan media yang
nyata sehingga konsep-konsep matematika dapat diamati secara langsung oleh
siswa.
b) Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun
(geometri) sehingga siswa dapat membentuk suatu hubungan.
c) Memberikan contoh yang konkrit, kemudian dilanjutkan
dengan pemberian latihan soal yang serupa.
3.
Pengorganisasian Pembelajaran
Dalam pembelajaran pada tahap ini siswa
dituntut untuk benar-benar mampu
berfikir kreatif, karena sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran
problem terbuka. Guru dapat menerapkan metode diskusi mengingat model
pembelajaran ini memberikan peluang kepada siswa menggunakan segala pengetahuan
untuk memberikan pemecahan yang terbaik karena terdapat lebih dari satu jawaban
benar.
4.
Mengembangkan rencana pembelajaran
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka oleh perwakilan masing-masing
kelompok.
5.
Mengevaluasi Pembelajaran
Pada tahap ini guru memberikan soal latihan
yang sesuai dengan konsep yang sudah diuraikan pada tahap-tahap sebelumnya
untuk diselesaikan oleh siswa secara individual.
6.
Membuat kesimpulan
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk
membuat rangkuman tentang konsep segiempat pada LKS yang sudah didiskusikan
baik secara kelompok maupun diskusi kelas.
B.
Strategi Pembelajaran Cooperative Type STAD.
Pembelajaran
adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno,
2004:1).
Agar
tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen
sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya dapat
berinteraksi secara harmonis (Suhito, 2000:12). Salah satu komponen dalam
pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran
secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks
pembelajaran (Depdiknas, 2003:1). Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat
memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan
ajaran.
Dalam
pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD karena dengan menggunakan
model pembelajaran ini dapat terjadi proses saling membantu diantara
anggota-anggota kelompok untuk memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan
masalah matematika dengan kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran dalam kelompok kecil yang bekerja sama untuk
memaksimalkan penguasaan tentang apa yang dipelajari siswa. Dalam pembelajaran
kooperatif terjadi proses saling membantu di antara anggota-anggota kelompok.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
(Aryana, 2006) adalah (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi pelajarannya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) bilamana mungkin, anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin, dan agama yang berbeda, (4)
penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Tujuan utama pembelajaran kooperatif
(Aryana, 2006) yaitu (1) meningkatkan hasil belajar akademik, bahwa strategi
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, (2)
penerimaan terhadap perbedaan individu, karena akan terbentuk sikap menerima
adanya perbedaan ras, agama, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
perbedaan-perbedaan lainnya, (3) pengembangan keterampilan sosial, bahwa
pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan keterampilan kerja sama dan
kolaborasi. Ada 4 model pembelajaran kooperatif yaitu:
1.
Model Group Investigation (GI)
2.
Model Kooperatif STAD
3.
Model Kooperatif Jigsaw
4.
Model Kooperatif MURDER.
Pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan
oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin,
1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
dari lima tahapan utama sebagai berikut:
1.
Presentasi
kelas,
Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode
pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan
untuk mengikuti tes berikutnya,
2.
Kerja
kelompok,
Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa
bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau
memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya
dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran,
3.
Tes, Setelah
kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara
individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu,
4.
Peningkatan
skor individu, Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi
karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata
kelompok,
5.
Penghargaan
kolompok,
Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan. Dengan
pemilihan metode yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ada beberapa
hal yang perlu dipenuhi dalam Cooperative Learning agar para siswa dapat
bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi:
1. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok
harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan
bersama yang harus dicapai.
2. Para siswa yang tergabung dalam sebuah
kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah
kelompok, berhasil tidaknya merupakan tanggung jawab kelompok.
3. Untuk mencapai hasil yang maksimal, siswa yang
tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain untuk mendiskusikan
masalah yang dihadapinya. Akhirnya para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok
harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa menpunyai akibat langsung pada
keberhasilan kelompoknya.(Suherman,dkk,2003:260).
C.
Hubungan
Materi
pokok segiempat dengan model pembelajaran terbuka (open-ended)
Apabila kita melihat dalam kehidupan sehari-hari,
banyak dijumpai benda-benda yang memiliki keterkaitan dengan materi pokok
segiempat. Hal ini dapat membantu guru dalam menyiapkan pembelajaran yang dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuhakan ide, daya analisis, dan
kreatifitas siswa sesuai dengan kemampuan berfikirnya yang bertujuan untuk
memahami materi pokok segiempat.
Model pembelajaran terbuka merupakan salah
satu model pembelajaran inovatif, dimana model ini memberikan peluang kepada
siswa untuk mengimprovisasi pengetahuan yang mereka miliki dalam memgenali,
menemukan, serta memecahkan permasalahan yang mereka jumpai. Adapun keterkaitan
antara model pembelajara open-ended ini dengan materi segiempat yaitu, dengan
model ini diharapkan siswa mampu mengkonstrusi pemahaman mengenai segiempat
berdasarkan pengetahuan mereka dengan
menggunakan benda-benda didalam kehidupan sehari-hari.
D.
Penerapan Model Pembelajaran Terbuka
(Open-Ended) Berbasis Cooperative Tipe Stad Dalam Pembelajaran Matematika
Di dalam
pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD ada lima komponen
utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan
penghargaan kelompok (Pradnyo Wijayanti.2002:2). Selain itu STAD juga terdiri
dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur yaitu, sebagai berikut:
1.
Pengajaran.
Tujuan utama dari pengajaran ini
adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap
awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing
dari keseluruhan pelajaran. Penekanan dalam penyajian materi pelajaran adalah
hal-hal sebagai berikut.
a. Pembukaan
i. Berikanlah sedikit gambaran kepada siswa
tentang materi pokok segiempat. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan
demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara
lain.
ii. Guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok
untuk “menemukan” konsep atau merangsang keinginan mereka menemukan
sifat-sifat pada segi empat
iii. Ulangi secara singkat keterampilan atau
informasi yang merupakan syarat mutlak.
b. Pengembangan
i. Menjelaskan kepada siswa tentang permasalahan
apa yang akan dipecahkan dalam kelompok.
ii. Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
iii. Beralih pada konsep yang lain, jika siswa
telah memahami pokok masalahnya.
c. Latihan Terbimbing
i. Menyuruh semua kelompok untuk memecahkan
masalah yang diberikan
ii. Memanggil siswa secara acak untuk untuk
menyampaikan hasil diskusinya . Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu siap
mempersiapkan diri sebaik mungkin.
iii. Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita
waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah
(soal) dan langsung diberikan umpan balik.
2.
Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota
kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok
untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat
digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi
diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali menggunakan
pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati kegiatan pembelajaran secara
seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview
konsep, atau menjawab pertanyaan. Selain itu, guru juga melakukan bimbingan
kepada siswa yang mengalami kesulitan pada saat kegiatan belajar kelompok
berlangsung. Selanjutnya langkah-langkah guru sebagai berikut :
1. Mintalah anggota kelompok memindahkan
meja/bangku mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.
2. Berikan waktu kurang lebih 10 menit untuk
memilih nama kelompok. Kelompok manapun yang tidak dapat menyepakati nama
kelompok pada saat itu boleh memilih kemudian.
3. Bagikan lembar kegiatan siswa.
4. Serahkanlah pada siswa untuk bekerja sama
dalam pasangan, bertiga, atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang
dipelajari. Jika mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan
soalnya sendirian dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu
tidak dapt mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompoknya bertanggung
jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan pertanyaan dengan jawaban pendek,
maka mereka lebih sering bertanya, dan kemudian antara teman saling bergantian
memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5. Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai
belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompoknya dapat mencapai nilai 100
pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar
tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi siswa agar mempunyai
lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka
pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa bahwa jika mereka mempunyai
pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman-teman sekelompok sebelum
bertanya pada guru.
6. Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru
berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja
dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan
bagaimana anggota yang lain bekerja.
3.
Kuis
Kuis dikerjakan oleh siswa secara
mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh
siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan
individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Nilai perkembangan
kelompok diperoleh dari nilai perkembangan individu tiap anggota kelompok.
Nilai awal diambil dari nilai hasil mid semester tiap anggota kelompok. Perhitungan
skor perkembangan (Robert Slavin, 1995:291) didapat melalui kriteria berikut.
Skor Kuis
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 poin sampai dengan poin di bawah skor
awal
Skor awal sampai dengan 10 poin di atas skor
awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Nilai sempurna (tanpa memperhitungkan skor
awal)
|
Poin
Perkembangan
0
10
20
30
30
|
Tiga tingkatan diberikan kepada kelompok yang
memperoleh nilai perkembangan yang dihitung dari rata-rata poin perkembangan yang
diperoleh tiap anggota kelompok. Kriteria ketiga kelompok tersebut adalah
sebagai berikut.
Rata-Rata
Poin Perkembangan
15-19
20-24
25-30
|
Penghargaan
Tim
Good team
Great team
Super team
|
4.
Penghargaan Kelompok
Kegiatan ini dilakukan pada setiap
akhir pertemuan kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan penghargaan berupa
pujian, skor perkembangan, atau barang yang dapat berbentuk makanan kecil kepada
kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah tersebut dilakukan
untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
E.
kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran
Terbuka (Open-Ended) Berbasis Cooperative Tipe STAD Dalam Pembelajaran
Matematika
Seperti
metode-metode pembelajaran yang lain,
metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Maksudnya, tidak semua
materi (terutama dalam mata pelajaran Matematika) bisa menjadi lebih baik bila
menggunakan metode ini, akan tetapi harus dipilih dengan teliti oleh guru
pengampu, mana yang baik menggunakan metode ini dan mana yang tidak.
Berikut
akan dipaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran terbuka
(open-ended) berbasis cooperative tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran Matematika:
1.
Kelebihan
a)
Ssiswa
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan
idenya.
b)
Siswa
memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematika secara komperehensif.
c)
Siswa
dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara
mereka sendiri.
d)
Siswa
secara interinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan
e)
Siswa
memiiki pengalaman lebih banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab
permasalahan.
2.
Kekurangan
a) Membuat dan menyiapkan masalah
matematika yang bermakna bagi siswa tidaklah mudah
b) Mengemukakan masalah yang langsung
dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang memiliki kesulitan
bagaimana merespon permasalahan yang diberikan
c) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa
merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model
pembelajaran permasalahan terbuka (open-ended) adalah model
pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki lebih dari
satu jawaban atau metode penyelesaian.
2. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran dalam kelompok kecil yang bekerja sama untuk memaksimalkan
penguasaan tentang apa yang dipelajari siswa.
3. keterkaitan antara model pembelajaran
open-ended ini dengan materi segiempat yaitu siswa mampu mengkonstrusi
pemahaman mengenai segiempat berdasarkan pengetahuan mereka dengan menggunakan benda-benda didalam
kehidupan sehari-hari.
4. Ada
lima komponen utama dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD,
yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan
penghargaan kelompok.
B. Saran
Kepada guru mata pelajaran matematika di SMP, hendaknya
mampu menerapkan model pembelajaran terbuka (open-ended) berbasi kooperative
tipe STAD minat belajar siswa pada materi pokok segiempat.
Selain itu, Guru
juga harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran dan bisa memilih metode
yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Guru mampu
menyesuaikan kondisi lingkungan, memanfaatkan sarana yang tersedia dan
menganalisa kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga bisa
mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.